Saturday, November 9, 2013

Surat Sang Harapan

Di kerajaan langit malam, setiap bintang berlomba-lomba untuk menemani sang bulan menyinari malam para manusia. Dengan indahnya, mereka membentuk formasi-formasi yang melambangkan hari lahir setiap manusia. Malam hari pun menjadi sangat terang dan indah.

Namun, lama kelamaan manusia terus menerangkan bumi dengan lampu-lampu yang terang-benderang. Bintang-bintang pun merasa sedih, sinar yang mereka pancarkan telah kalah dengan lampu-lampu itu. Satu per satu bintang pun menyerah, menyerah untuk menemani bulan menerangi malam lagi. Tetapi ada satu bintang yang tetap bertahan, bahkan dengan riang gembira, dengan sekuat tenaga menerangi malam para manusia. Ia bernama bintang harapan.

“Hei bintang harapan, untuk apa sih kamu terus menerus menerangi mereka, para manusia itu? Padahal mereka sendiri sudah tidak mempedulikan ataupun membutuhkan kita lagi. Mereka sudah cukup disilaukan lampu-lampu terang mereka itu. Untuk apa kamu susah payah, dengan sekuat tenaga menguras cahayamu? Mereka sudah jarang, bahkan tidak pernah, mellihat ke atas, ke langit malam yang cerah, hanya untuk mensyukuri keindahan alam dari Yang Maha Kuasa. Apa tak cukup alasan bagi mu untuk berhenti?” Tanya bintang-bintang yang lain.

Sang bintang harapan hanya tersenyum. Ia tahu semua bintang bertanya-tanya akan hal itu. Bintang harapan pun menulis surat kepada para bintang.

Aku tahu, kalian pasti bertanya-tanya dan sangat penasaran mengapa aku bersikeras bertahan menemani sang bulan. Semua pertanyaan kalian itu mungkin akan terjawab dalam suratku ini.
Teman-temanku tersayang,
Apa kalian tahu? Sejak aku ada untuk menerangi dan memperindah malam, para manusia itu percaya kita, bintang-bintang, adalah lambang harapan mereka. Anak kecil, remaja, dewasa, bahkan orang-orang tua selalu menanti-nanti malam hari. Menghitung bintang, mencari rasi-rasi bintang kelahiran mereka, dan menunggu bintang jatuh. Setiap orang mengidam-idamkan mereka akan melihat bintang jatuh saat malam tiba. Bintang jatuh, adalah sesuatu yang jarang dan tidak biasa bagi mereka sehingga mereka percaya, bintang jatuh dapat lebih cepat mengantarkan doa permintaan mereka kepada sang Pencipta. Setiap ada bintang jatuh, bintang yang lain pun dapat mendengar, sebuah doa yang diucapkan sepenuh hati, yang terlantun diperuntukkan kepada orang yang paling sang pemohon sayangi. Doa yang sangat indah, karena cinta yang terdapat dalam doa itu sehingga kami, para bintang, pun ikut meng-amini. Teman-temanku yang kusayangi, kita, para bintang, adalah lambang harapan mereka, lambang cinta kepada orang-orang yang mereka sayangi dan kasihi, lambang mimpi dan cita-cita yang ingin mereka capai. Maka, apabila kita menyerah memberi mereka harapan, haruskan harapan, cita-cita, dan doa-doa itu hilang dari diri mereka? Haruskah mereka hidup dengan tidak memilikinya? Siapa yang akan menyampaikan pesan mereka kepada orang-orang yang mereka cinta yang sudah jauh di alam sana? aku yakin, mereka rindu melihat bintang-bintang, harapan-harapan, mereka hadir kembali sama seperti kalian teman-temanku, rindu menyinari malam mereka dan mendengar doa-doa indah mereka.
Teruslah bersinar, terus beri mereka harapan…

Setelah bertahun-tahun memberikan cahayanya untuk menerangi malam bersama bulan, sang bintang harapan pun semakin tua dan akhirnya meredupkan sinarnya.

Saturday, August 3, 2013

People, in a nutshell.

"You kill all the caterpillars, then complain there are no butterflies"

Monday, July 22, 2013

Setengah cangkir kopi putih

Dilihat dari titlenya juga udah ketauan ini postingan tentang apa, yakan?
Enggak? Oh yaudah.

Akhir-akhir ini gue merasa jadi orang ter-enggak-banget-in in this entire universe. Bukan, bukan maksudnya gak bersyukur kok cuma lagi bercermin aja tanpa maksud menyinggung masalah religi.
*nyeruput kopi*

I love writings, gue bukan cuma suka ngebaca isi dari suatu tulisan tapi juga kata-kata yang dirangkai sama sang penulis. Dari kata-kata simple yang biasa gue denger, sampe yang gak biasa dipake di kehidupan sehari-hari. Dari istilah-istilah yang dipake sehari-hari sampe yang gak pernah gue denger dan harus baca Kamus Besar Bahasa Indonesia, lebay.
Gue juga pengen, nyoba nulis tulisan yang bagus, yang gak meaningless. Tapi bahkan untuk nulis curhatan di blog ini aja udah ancur-ancuran dan lagi, meaningless. Lately, gue sadar gue kurang vocab bahasa gue sendiri ini karena kurang baca buku. Indeed I also love books, especially fiction novels. But unfortunately, I can't afford buying those great books. Iya, emang gue terlalu kolot. Padahal pinjem orang lain bisa, download e-book nya bisa... 
"Bilang aja lo males din" Singgung alter gue yang lainnya.

Ah sudahlah, mengeluh itu gak ada abisnya. Mungkin nanti gue akan menghilangkan kemalesan gue dan tanya-tanya orang lain gimana dan dimana download e-books yang bagus-bagus. Well, I'll try to start from little thing. Jangan marah ya baca tulisan ini.

Yah kopinya abis, bikin dulu lagi deh.


Saturday, July 20, 2013

Sedikit Curhatan

*ngelap keringet*
Kata orang bebenah rumah itu ngebakar kalori, bisa bikin kurus. Kalo bebenah blog sama juga, pasti sekarang gue kurusan.
Ya jadi blog gue sudah berubah lagi. Dari title, layout, tema, background sampe postingan juga udah di rapi-rapiin. Tapi ya secara gue belom expert rapi-rapi blog, mungkin segini aja cukup menarik bagi gue sendiri.


---

Alhamdulillah udah 11 hari puasa Ramadhan tahun ini. Nothing much, hampir sama aja sama puasa tahun kemarin. Sahur di jam yang sama, buka di waktu maghrib yang sama, kolak, es buah atau es campur dan gorengan yang sama. Diantara semua persamaan monoton tiap tahun itu ada yang berasa banget tahun ini. Iya, udah gak ada mandi, pake seragam, buru-buru nyiapin buku lagi tiap abis sahur. No more school. Entah harus senang atau sedih.
Kangen rasanya, pagi-pagi ke sekolah, ngeliatin orang-orang kurang tidur itu nutupin muka mencoba tidur lagi, ngomongin acara yang ditonton waktu sahur, sampe ada guru masuk kelas. Makin siang juga bukannya makin lemes tapi asik-asik aja kayak gak puasa, tiba-tiba udah jam 3, terus pulang ke rumah masing-masing.
Rutinitas monoton sekolah-rumah yang dulu bikin capek, males, gondok, kesel, dan sebel sekarang malah bikin kangen. Ah, time never failed to tricked people. Tapi mungkin itu karma? karma dari waktu. Dulu kita selalu bilang "kenapa sih waktu jalannya lama banget?!" tapi sekarang? dia balas dendam karena kita kurang menghargai dia dulu.

---

ah udahlah, ini tulisan jadi gak tau kemana apa yang dibahas, jangan marah ya bacanya.

P.S
I'm currently working on a movie project, yang sebenernya gue sendiri gak tau akan selesai atau enggak
*sigh*