Thursday, July 14, 2016

An uncommon thought

Jujur, saya bukan orang yang menganggap tradisi nyekar itu perlu. Saya pikir, mendoakan seseorang yang telah tiada tidak perlu harus di depan batu nisan, tabur bunga, dan menyiram air mawar. Mendoakan seseorang yang kita sayang, yang telah tiada ataupun yang masih bersama kita, menurut saya bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tak perlu menunggu bulan Ramadhan, ataupun momen hari raya keagamaan hanya untuk berhadapan dengan batu nisan berukirkan nama mendiang.

Karena itu,
saya jarang sekali mendatangi kuburan sanak famili, termasuk kuburan ibu saya.

Seseorang bilang, "mereka (orang-orang yang telah tiada) kan nungguin kita untuk jenguk mereka.". Well, kembali lagi saya harus jujur saya bukan orang yang percaya akan nonsense seperti itu. Bahwa yang telah tiada masih ada di sekitar kita, menjadi ruh tak terlihat yang masih bisa melihat dan mendengar kita.

It's just an idea we made so that we could feel less lonely, less depressed for losing someone so deary to us.
 
Menurut saya, yang telah tiada, tiada. Mereka ada di alam sana, alam kubur yang sangat berbeda dari kita dan urusannya di dunia tempat kita hidup sudah selesai.

I agree that they still live in our heart and mind.
Live as a great, happy memory we all need to cherish.
And that's why we keep praying for them.
 
***

November 1961 - Oktober 2010
Kemarin, 13 Juli 2016, tepat 1 minggu setelah lebaran, saya pergi sendirian ke makam ibu saya.
Setelah berhari-hari menjadi anak rewel dan cengeng dikarenakan pre-menstuastion syndrome. Ya, saya berdoa, tabur bunga, dan menyiram air mawar di kuburnya. Jujur saja, saya berharap omongan orang-orang itu benar. Bahwa mereka masih ada di sana, menunggu.

Setelah mengucap salam dan berdoa, saya banyak bercerita. Tentang hidup, tentang ayah, tentang diri saya sendiri, segala macam, yang telah ibu saya lewatkan setelah beliau tiada. Tangis saya jelas pecah, rasa rindu tak terbantahkan. Saya sangat ingin menghilangkan pikiran skeptis saya dan percaya beliau ada di sana, bersama saya, mendengarkan saya bercerita.

Ah. Entah.
Setelah bercerita saya merasa lumayan lega.

Mungkin itu yang saya butuhkan.
Bercerita, menghilangkan beban.
And a moment of solitude.

No comments:

Post a Comment